JATIMTIMES - Pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG) di SDN Lembeyan Kulon 01 , Kecamatan Lembeyan, Kabupaten Magetan, menjelma menjadi sebuah ritual harian yang unik. Pemandangan puluhan siswa SD menyantap jatah MBG mereka di luar ruangan, di antara tumpukan meja kursi dan sisa-sisa material bangunan kelas yang dibongkar, menjadi pemandangan yang biasa. Situasi ini adalah konsekuensi dari upaya percepatan renovasi sejumlah ruang kelas yang kondisinya mendesak untuk diperbaiki.
Di balik keterbatasan fisik ruang, semangat justru digambarkan oleh murid-murid SDN Lembeyan Kulon ini. Mereka tetap lahap menghabiskan semua menu yang disajikan hari itu, tidak perduli dengan debu dan suara bising aktivitas tukang bangunan yang dikejar target menyelesaikan pekerjaannya.
Baca Juga : Belanja Mudah dan Hemat Saat Payday Sale November 2025
Kisya (12 ) anak kedua dari dua bersaudara, anak penjual sayur ini merasa senang mendapatkan jatah MBG di sekolahnya.
“Setiap hari saya dapat nasi dan lauk yang enak. Kalo beli di kantin, uang saku 15.000 hanya dapat snack, tidak kenyang, sekarang uang saku saya bisa ditabung,” ujar Kisya sambil tersenyum.
MBG secara tak terduga, tidak sekadar menjamin pemenuhin gizi sehari-hari, juga telah mengubah kebiasaan finansial mereka. Program ini menciptakan dampak berganda yaitu mengatasi pemenuhan gizi sekaligus menumbuhkan kesadaran menabung sejak dini.
Namun efek positif dari MBG ini justru paling dirasakan oleh para tenaga pendidik. Salah satu pengajar di sekolah itu, Sutrisno (45), mengakui adanya perubahan drastis dalam suasana pembelajaran.
“Dulu, menjelang pukul sembilan atau setelah jam istirahat pertama, banyak anak mulai menguap, bahkan ada yang tertidur di meja. Mungkin karena mereka hanya sarapan seadanya, atau bahkan tidak sarapan sama sekali dari rumah,” jelasnya.
“Namun, sejak MBG dilaksanakan rutin, semangat siswa seperti terisi penuh. Dan mereka sekarang lebih berkonsentrasi dan aktif di kelas, kami sangat bersyukur sekali,” tuturnya.
Baca Juga : Di Bunga Desaku, Bupati Fawait Sebut Kencong Jadi Kawasan Penggerak Ekonomi Wilayah Jember Barat
Sementara itu, renovasi gedung sekolah yang masif memaksa pihak sekolah menerapkan sistem pembelajaran dua sesi. Sebagian kelas harus masuk siang. Meski terjadi pergeseran jam belajar, komitmen penyaluran MBG tetap dilaksanakan.
Makanan disiapkan dan didistribusikan secara bertahap, untuk menjamin siswa yang masuk sesi siang tetap menerima jatah mereka pada waktu makan siang yang ideal.
“Untuk murid kelas 5 dan 6 yang masuk siang, tetap mendapatkan jatah MBG. Biasanya diantar dari SPPG jam 11.00, nanti akan kita bagikan jam 14.00 atau pas jam makan siang,” jelas Sutrisno.
Keadaan di Lembeyan Kulon ini menjadi cerminan bahwa tantangan infrastruktur, berupa kelas yang direnovasi, dapat disikapi dengan optimis dan adaptasi. Program MBG terbukti menjadi katalisator utama yang membuat semangat belajar tetap menyala, bahkan di bawah bayang-bayang bisingnya pembangunan sekolah.
