JATIMTIMES - Santriwati Pondok Pesantren Internasional Abdul Malik Fadjar (PPI AMF) Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang memberikan kontribusinya demi mencegah stunting. Inovasinya membuat es krim dari daun kelor dan susu murni.
Es krim itu dibuat dari tangan kreatif santriwati PPI AMF yang diberi nama Bloomy Organic Ice Cream. Santriwati PPI AMF, Khairunnisa Aqila Nurrahima mengatakan, timnya memang sengaja mengkreasikan camilan sehat dari daun kelor yang bisa diterima oleh semua kalangan.
Baca Juga : DPRD Kabupaten Malang Desak BUMD Turut Dukung Optimalisasi PAD
Melihat, selama ini daun kelor lebih banyak disajikan dalam bentuk olahan kuah sayur-mayur. Hanya saja sajian tersebut masih kurang digemari oleh beberapa kalangan terutama anak-anak.
“Saya sendiri kurang suka. Di situ saya mikir bagaimana bisa menyajikan daun kelor dalam bentuk menarik dan disukai semua umur. Kemudian interprestasi kami itu es krim,” ungkap Khair sapaan akrabnya, Selasa (16/9/2025).
Dari sisi nutrisi, daun kelor dianggap memiliki nilai gizi yang tinggi. Beberapa di antaranya tercatat memiliki kandungan kalsium, kalium, magnesium, protein, vitamin A dan C, serta antioksidan.
Khasiatnya, daun kelor bisa membantu memperlancar asi, menguatkan tulang, dan mencegah stunting. Apalagi daun kelor termasuk tanaman yang mudah ditemukan di tempatnya.
Terlebih Pemkab Malang telah meluncurkan program MIRACLE (Moringa Against Malnutrition and Climate Change) dengan menargetkan 26 ribu pohon kelor bisa ditanam di seluruh rumah warga. Melihat potensi itu Khair meyakini daun kelor menjadi pilihan tepat dalam pembuatan es krim.
Untuk membuat es krim, Khair membutuhkan sejumlah bahan penting, seperti bubuk daun kelor, susu murni, kuning telor, tepung maizena, gula aren, dan kacang panggang. Khair memastikan tidak menggunakan bahan pewarna buatan sama sekali. “Kita beri pewarna alami dari daun kelor. Warna alaminya seperti matcha.” imbuh Khair.
Baca Juga : Hilangkan Gangguan Visual, Tutorial YouTube Jadi Lebih Fokus dan Profesional
Selama membuat es krim ini, timnya sempat menemukan kesulitan. Yakni saat memilah daun kelor yang segar dan proses pengeringannya. Tak hanya itu, proses pembuatannya membutuhkan waktu 4-5 hari sehingga cukup memakan waktu.
Selain Khair, pembuatan es krim ini dibantu oleh rekannya, Rivqa Raswa Qanita. Produk ini nantinya ditujukan untuk mengikuti kompetisi Santripreneur One Pesantren One Product (OPOP) Jawa Timur.
Terpisah, Kepala SMP-SMA Abdul Malik Fadjar Pahri mengaku sudah mencicipi es krim buatan santrinya. Rasanya enak dan penyajiannya juga luar biasa. Pihaknya pun mendorong santri-santri lain untuk terus belajar dan berinovasi.
“Karena es krim punya pasar besar di Indonesia. Mungkin untuk es krim bisa diperbaiki lagi dalam beberapa hal terutama kemasan. Secara keseluruhan, rasanya oke, enak sekali,” ungkap Pahri.