Jatim Times Network Logo
Poling Pilkada 2024 Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Poling Pilkada 2024
Agama

Raja Mahmud dan Anak Miskin: Cerita Sufi yang Sarat Makna Kehidupan

Penulis : Anggara Sudiongko - Editor : Sri Kurnia Mahiruni

11 - Sep - 2025, 09:43

Placeholder
Ilustrasi si raja dan si anak miskin (ist)

JATIMTIMES - Sebuah kisah sufistik kembali mengingatkan bahwa perjalanan batin manusia tidak pernah bisa ditempuh sendirian. Selalu ada sosok penuntun yang hadir, sebagaimana seorang murid membutuhkan guru, dan seorang pencari membutuhkan cahaya penunjuk jalan.

Dalam sebuah perumpamaan yang ditulis Fariduddin Attar dan dihidupkan kembali melalui karya Idries Shah Tales of The Dervishes, kisah Raja Mahmud memperlihatkan betapa pentingnya pertemuan antara penguasa yang arif dan seorang anak kecil miskin yang hidupnya bergantung pada hasil sungai.

Baca Juga : 1.128 KIA Terbit Lewat Lapak Maini, RSUD Wlingi Tertinggi, Puskesmas Kesamben Penggerak

Dikisahkan, Raja Mahmud suatu ketika terpisah dari pasukannya. Saat menunggang kuda dengan tergesa, pandangannya jatuh pada seorang anak lelaki yang duduk di tepi sungai. Wajah anak itu murung, penuh beban. Ia sedang menebar jala, berharap ada ikan yang masuk perangkapnya.

“Anakku, mengapa kau begitu sedih? Tak pernah kulihat wajah semuram dirimu,” tanya Sang Raja.

Anak itu menunduk. “Baginda, hamba satu dari tujuh bersaudara yang kehilangan ayah. Kami hidup miskin bersama ibu, tanpa pertolongan siapa pun. Setiap hari hamba datang menebar jala. Jika dapat ikan, malam kami bisa makan. Jika tidak, kami kelaparan.”

Mendengar itu, Raja Mahmud tersentuh. Ia menawarkan bantuan. Anak kecil itu setuju, dan Sang Raja pun melemparkan jala. Seketika, berkat sentuhan kebesaran dan ketulusan hatinya, jala itu terisi seratus ekor ikan.

Kisah ini bukan sekadar dongeng tentang kemurahan hati seorang raja. Idries Shah, yang menerjemahkan kisah ini ke dalam bukunya Harta Karun dari Timur Tengah - Kisah Bijak Para Sufi (alih bahasa Ahmad Bahar), menekankan bahwa cerita-cerita Sufi seringkali memuat lapisan makna. Shah menulis, banyak orang yang belum memahami tradisi Sufi cenderung melihatnya hanya dari dua sisi: menolak benda-benda duniawi sepenuhnya, atau sebaliknya menganggap Jalan Sufi menjanjikan kekayaan material yang melimpah.

Baca Juga : DPRD Kabupaten Blitar Tekankan Transparansi dalam Perubahan APBD 2025

Padahal, menurut para darwis, pemahaman itu terlalu dangkal. Dalam sufisme, capaian “hal-hal baik” bisa hadir dalam bentuk nyata maupun simbolik. Harta duniawi bisa diperoleh, namun hanya jika hal itu bermanfaat untuk perjalanan spiritual. Begitu pula, anugerah batin akan hadir sesuai kemampuan seseorang memaknai dan menggunakannya dengan benar.

Kisah Raja Mahmud dan si anak miskin ini menegaskan bahwa dalam perjalanan hidup, manusia selalu membutuhkan penuntun. Anak itu menemukan harapan lewat hadirnya sang raja, sementara Raja Mahmud sendiri mendapat kesempatan untuk menyalurkan kebaikan yang bermakna. 

Sebagaimana jalan hidup manusia modern hari ini, seseorang pun kerap menghadapi kesulitan yang membuat langkah terasa berat. Namun, setiap pencari siapa pun dia, akan selalu menemukan “raja”-nya: seorang guru, seorang teman, atau bahkan peristiwa kecil yang menuntun ke arah pemahaman lebih dalam.


Topik

Agama Raja Mahmud Anak Miskin Cerita Sufi Makna Kehidupan



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Kediri Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Anggara Sudiongko

Editor

Sri Kurnia Mahiruni