Jatim Times Network Logo
Poling Pilkada 2024 Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Poling Pilkada 2024
Peristiwa

Terkait Tayangan Trans7, Gus Shodiq: Jangan Nilai Pesantren dari Potongan Narasi

Penulis : Anggara Sudiongko - Editor : Yunan Helmy

14 - Oct - 2025, 16:58

Placeholder
Potongan gambar yang ditayangkan Trans7 terkait pesantren. (ist)

JATIMTIMES - Wakil Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur sekaligus pengasuh Pondok Pesantren Manbaul Ulum KH Noor Shodiq Askandar menyoroti tayangan salah satu program di Trans7 yang dianggap telah menimbulkan keresahan di kalangan santri dan masyarakat pesantren. Ia menilai pemberitaan tersebut tidak mencerminkan realitas kehidupan pesantren yang sesungguhnya.

“Yang disampaikan di Trans7 itu tidak menggambarkan ruh pesantren. Mereka hanya menyorot dari sisi luarnya saja. Padahal pesantren punya nilai, tradisi, dan sistem pendidikan yang jauh lebih dalam,” ujar KH Noor Shodiq, Selasa (14/10/2025).

Baca Juga : Kontroversi Tayangan Trans7, Gus Bas Minta Presiden Cabut Izin Siar

Menurut Gus Shodiq, pemberitaan yang tidak proporsional bisa dengan mudah menimbulkan prasangka negatif di tengah masyarakat. “Kalau sudah jadi prasangka, maka akan menimbulkan masalah dan perpecahan. Ini bukan hal kecil karena menyangkut marwah lembaga keagamaan,” tegasnya.

KH Noor Shodiq menjelaskan, PWNU telah mengambil langkah tegas dengan meminta pihak Trans7 bertanggung jawab atas tayangan yang dinilai merugikan dunia pesantren itu.

1

“Saya baru pulang dari PWNU. Di sana diputuskan bahwa PWNU meminta pertanggungjawaban Trans7 atas berita yang disajikan,” ungkap Gus Shodiq.

Lebih lanjut, PWNU telah menunjuk Lembaga Penyuluhan dan Bantuan Hukum (LPBH) NU Jawa Timur untuk melaporkan kasus ini ke pihak berwajib. Langkah tersebut diambil sebagai bentuk tanggung jawab kelembagaan agar kejadian serupa tidak terulang.

Menanggapi meningkatnya emosi di kalangan santri, KH Noor Shodiq menyerukan agar seluruh warga pesantren tetap tenang dan tidak terprovokasi. “Kasus ini harus tetap dituntut pertanggungjawabannya, tapi lewat cara-cara yang baik dan dalam koridor hukum. Kalau mau menyuarakan pendapat lewat demo, silakan saja, asalkan tidak anarkis dan tidak merusak,” ujarnya menegaskan.

Beliau mengingatkan bahwa pesantren harus tetap menjadi teladan dalam menyikapi persoalan dengan kepala dingin. “Santri itu dikenal santun dan beradab. Jangan sampai emosi justru mengaburkan nilai-nilai luhur pesantren,” imbuhnya.

Lebih jauh, KH Noor Shodiq mengingatkan agar media massa berhati-hati dalam mengangkat isu yang berkaitan dengan lembaga keagamaan. Ia menegaskan pentingnya konfirmasi dan keseimbangan berita agar tidak menimbulkan kesalahpahaman publik.

“Media harus ingat, setiap narasi yang dibuat punya dampak. Jangan hanya mengejar sensasi tanpa klarifikasi. Apalagi ketika menyangkut lembaga pendidikan dan tokoh agama,” ucapnya.

Baginya, peristiwa ini menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak di dunia media bahwa tanggung jawab moral dalam pemberitaan tidak kalah penting dibanding hak kebebasan pers.

Baca Juga : PBNU Murka! Gus Yahya Ambil Langkah Hukum Soal Tayangan Trans7 yang Hina Pesantren

Gus Shodiq menegaskan bahwa persoalan ini tidak hanya menyangkut Pondok Pesantren Lirboyo atau KH Anwar Mansur, tetapi lebih luas: menyangkut kehormatan seluruh pesantren di Indonesia. “KH Anwar Mansur itu bukan hanya pengasuh Lirboyo, tapi juga rais syuriah PWNU Jatim dan mustasyar PBNU. Jadi, ini bukan soal satu pesantren, tapi soal pesantren secara keseluruhan,” terangnya.

Ia berharap publik tidak terburu-buru menilai pesantren hanya dari potongan narasi yang ditampilkan media. “Pesantren adalah rumah bagi ilmu dan akhlak. Jangan dipersempit menjadi komoditas berita,” tutupnya dengan tegas.

Untuk diketahui sebelumnya, salah satu stasiun televisi nasional, Trans7, tengah menuai kritik publik setelah programnya, Xpose Uncensored, menayangkan segmen yang dinilai menyinggung Pondok Pesantren Lirboyo di Kediri, Jawa Timur, beserta pengasuhnya, KH Anwar Mansur.

Segmen yang tayang pada 13 Oktober 2025 itu langsung memantik reaksi keras, bukan hanya dari kalangan Lirboyo, tetapi juga dari masyarakat luas, terutama para santri yang merasa harga diri mereka direndahkan. Gelombang kekecewaan tersebut bahkan menjalar ke media sosial dengan munculnya tagar #BoikotTRANS7, yang menjadi trending dan ramai diperbincangkan.

Pemicu kemarahan itu adalah salah satu episode yang memuat judul bernada provokatif: “Santrinya Minum Susu Aja Kudu Jongkok, Emang Gini Kehidupan Pondok?”. Terlebih lagi narasi dari narator juga menyudutkan ponpes ke arah negatif. Kalimat tersebut dianggap tidak pantas dan menampilkan citra keliru tentang kehidupan pesantren.

“Ketemu kiainya masih ngesot dan cium tangan. Dan ternyata yang ngesot itulah yang ngasih amplop. Netizen curiga bahwa bisa jadi inilah kenapa sebagian kiai makin kaya raya,” ucap narator dari tayangan tersebut.

Beragam pihak menilai tayangan itu telah melampaui batas etika jurnalistik dan menyerempet pada pelecehan terhadap kiai serta lembaga pendidikan pesantren. Gaya penyajiannya dianggap menstigma kehidupan santri dan berpotensi memunculkan persepsi negatif di tengah masyarakat.


Topik

Peristiwa PWNU Jatim Trans7 KH Noor Shodiq Askandar tayangan kontroversial



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Kediri Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Anggara Sudiongko

Editor

Yunan Helmy

Peristiwa

Artikel terkait di Peristiwa