Jatim Times Network Logo
Poling Pilkada 2024 Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Poling Pilkada 2024
Hiburan, Seni dan Budaya

Sunan Gunung Jati dan Nyimas Kawunganten: Kisah Cinta yang Melahirkan Kesultanan Banten

Penulis : Aunur Rofiq - Editor : Sri Kurnia Mahiruni

01 - Sep - 2024, 16:05

Placeholder
Ilustrasi Sunan Gunung Jati bersama istri kedua, Nyimas Kawunganten, dan putra mereka, Maulana Hasanuddin. (Foto: Dibuat dengan AI/ JatimTIMES)

JATIMTIMES - Sejarah Nusantara kaya akan kisah-kisah heroik, pengorbanan, dan cinta yang menjadi fondasi berdirinya kerajaan-kerajaan besar. Salah satu kisah yang menyatukan elemen-elemen ini adalah cerita mengenai Sunan Gunung Jati, seorang tokoh besar dalam penyebaran Islam di Jawa, dan perkawinannya dengan Nyimas Kawunganten. 

Dari perkawinan ini, lahirlah Hasanudin, yang kemudian dikenal sebagai Sultan Maulana Hasanuddin, Sultan pertama Banten. Kisah ini tidak hanya menggambarkan cinta dan kekuatan keluarga, tetapi juga menjadi bagian penting dalam sejarah penyebaran Islam di Nusantara.

Sunan Gunung Jati: Penyebar Islam yang Agung

Baca Juga : Perbandingan Harta Kekayaan 3 Srikandi Cagub Jatim: Khofifah Terkaya, Luluk Paling Sedikit

Sunan Gunung Jati, yang memiliki nama asli Syarif Hidayatullah, adalah salah satu dari Wali Songo yang memainkan peran penting dalam penyebaran Islam di Jawa. Berdasarkan berbagai naskah sejarah seperti Sajarah Wali, Nagarakretabhumi, Serat Purwaka Caruban Nagari, dan Sajarah Banten Rante-rante, nasab Sunan Gunung Jati dari jalur ayahnya berasal dari keturunan agung, yaitu langsung dari Nabi Muhammad SAW. 

Silsilah ini menghubungkan Sunan Gunung Jati dengan Nabi Muhammad melalui jalur Zainal Abidin bin Imam Husein, putra dari Sayyidah Fatimah binti Muhammad SAW.

Sunan Gunung Jati lahir dari pasangan Sultan Hud, yang berasal dari garis keturunan Bani Hasyim, dan Nyi Rara Santang, yang setelah menikah dikenal sebagai Syarifah Muda’im. Dari pernikahan ini, lahirlah Syarif Hidayatullah, yang kemudian dikenal sebagai Sunan Gunung Jati, seorang tokoh besar dalam sejarah penyebaran Islam di Jawa. 

Dua tahun setelah kelahiran Syarif Hidayatullah, Nyi Rara Santang melahirkan putra kedua mereka, Syarif Nurullah. Namun, tak lama kemudian, Sultan Hud wafat dan digantikan oleh adiknya, Ungkajutra, yang bergelar Raja Onkah.

Nasab mulia yang dimiliki oleh Sunan Gunung Jati tidak hanya menunjukkan ketinggian silsilahnya, tetapi juga memperkuat legitimasi kepemimpinannya di Cirebon. Sebagai keturunan langsung dari Nabi Muhammad SAW, beliau berhasil membangun dan mengembangkan Kerajaan Cirebon menjadi pusat penting bagi penyebaran agama Islam dan kebudayaan Islam di Jawa Barat.

Sunan Gunung Jati, yang dikenal juga sebagai Syarif Hidayatullah, tidak hanya menyebarkan ajaran agama Islam melalui pengajaran, tetapi juga melalui strategi penggalangan kekuatan yang luar biasa. Dakwahnya ditandai dengan berbagai peristiwa penting yang mencakup pernikahan, pencarian ilmu, hingga pertempuran yang semuanya memainkan peran vital dalam penyebaran Islam di Nusantara, khususnya di wilayah Cirebon.

Salah satu langkah penting yang diambil Sunan Gunung Jati adalah menghimpun tokoh-tokoh dengan kesaktian, kekuatan politik, dan kemampuan militer. Di antara para pengikutnya yang terkenal karena kehebatan mereka adalah Ki Dipati Keling, Nyimas Gandasari (atau Nyimas Panguragan), Pangeran Karangkendal, Pangeran Panjunan, Pangeran Sukalila, serta mertuanya sendiri, Pangeran Cakrabuwana, Raja Cirebon bergelar Sri Mangana.

Kekuatan bersenjata yang dihimpun oleh Sunan Gunung Jati ini terbukti efektif saat pasukan umat Islam di Cirebon diserang oleh Raja Galuh. Dalam pertempuran tersebut, pasukan Cirebon berhasil meraih kemenangan besar. Prabu Cakraningrat, Raja Galuh, akhirnya ditaklukkan oleh Pangeran Karangkendal dengan dukungan dari Raja Cirebon, Sri Mangana.

Kemenangan ini tidak hanya berwujud kemenangan militer, tetapi juga merupakan kemenangan dalam dakwah Islam. Takluknya Kerajaan Galuh memungkinkan penyebaran Islam yang lebih luas di wilayah yang sebelumnya berada di bawah kekuasaan Raja Galuh. Banyak pejabat tinggi dan keluarga kerajaan yang kemudian memeluk Islam, diikuti oleh rakyat di seluruh negeri.

Kisah dakwah Sunan Gunung Jati ini menggambarkan bahwa keberhasilan penyebaran Islam di Cirebon dan sekitarnya tidak hanya berkat kebijaksanaan dan kepemimpinan religiusnya, tetapi juga melalui strategi yang matang, aliansi politik yang kuat, serta keberanian dalam menghadapi rintangan. Keberhasilan ini turut menegaskan posisi Cirebon sebagai pusat penyebaran Islam yang berpengaruh di Jawa Barat dan sekitarnya.

Kisah Perkawinan Sunan Gunung Jati dan Nyimas Kawunganten

Di balik sosok Sunan Gunung Jati, ada kisah cinta yang turut membentuk sejarah besar Nusantara. Kisah ini adalah tentang pernikahannya dengan Nyimas Kawunganten, putri cantik dari Banten. Pernikahan ini bukan sekadar penyatuan dua insan, melainkan juga peristiwa penting yang kemudian melahirkan tokoh besar dalam sejarah Banten.

Kisah ini bermula ketika Ratu Krawang, seorang penguasa yang datang ke Banten untuk masuk Islam, membawa serta Nyimas Kawunganten. Saat pertama kali melihat putri cantik ini, Sunan Gunung Jati langsung tertarik dan menanyakan identitasnya kepada Ratu Krawang. Setelah mengetahui bahwa Nyimas Kawunganten adalah keturunan Raja Cangkuang dan masih memiliki hubungan darah dengan Pakuan Pajajaran, Sunan Gunung Jati memutuskan untuk melamarnya.

Baca Juga : Netizen Temukan Akun Lawas Fufufafa Diduga Milik Gibran, Isinya Komentar Nyinyir Terhadap Prabowo Subianto

Permintaan Sunan Gunung Jati ini diterima dengan baik oleh Arya Lumajang (Cakrabuana), yang kemudian memanggil Permadi Puti, ayah dari Nyimas Kawunganten, untuk meminta restu. Pernikahan ini berlangsung dengan sakral, dan dari hasil perkawinan ini lahirlah dua anak yang kelak memainkan peran penting dalam sejarah Nusantara: Ratu Winaon dan Pangeran Sabakingking (Hasanudin), yang kemudian menjadi Sultan Banten pertama.

 Peran Nyimas Kawunganten dalam Sejarah Banten

Nyimas Kawunganten, sebagai istri kedua Sunan Gunung Jati, tidak hanya dikenal karena kecantikannya tetapi juga karena perannya dalam melahirkan tokoh penting yang mengubah jalannya sejarah di Banten. Putra keduanya, Pangeran Sabakingking, yang lebih dikenal sebagai Sultan Maulana Hasanuddin, adalah tokoh yang mendirikan Kesultanan Banten pada tahun 1527 setelah berhasil merebut wilayah Banten Girang dari Pucuk Umun.

Di bawah kepemimpinan Sultan Maulana Hasanuddin, Kesultanan Banten berkembang pesat menjadi kekuatan maritim yang berpengaruh di Nusantara. Ia memindahkan pusat pemerintahan dari pedalaman Banten Girang ke pesisir untuk memudahkan hubungan dagang dengan pesisir Sumatera melalui Selat Sunda. Di kawasan teluk Banten, Sultan Maulana Hasanuddin membangun tiga institusi penting: masjid, yang menjadi basis kegiatan sosial keagamaan; Kraton Surosowan, yang menjadi pusat pemerintahan; dan pelabuhan, yang menjadi sentra ekonomi.

Di masa kepemimpinannya, Banten dikenal sebagai bandar besar yang menjadi penghubung antara pedagang dari Arab, Parsi, India, dan Cina dengan negara-negara di Nusantara. Kesultanan Banten juga menguasai Lampung, daerah penghasil rempah-rempah yang sangat berharga pada masa itu. Keberhasilan ini menunjukkan betapa besar pengaruh yang dimiliki oleh keturunan Sunan Gunung Jati dalam mengembangkan dan mempertahankan kekuasaan Islam di Nusantara.

Kemenangan Islam dan Pembentukan Identitas Banten

Keberhasilan Sultan Maulana Hasanuddin dalam memimpin Kesultanan Banten tidak terlepas dari pengaruh dan warisan yang ditinggalkan oleh ayahnya, Sunan Gunung Jati. Salah satu momen penting dalam penyebaran Islam di Jawa adalah ketika pasukan umat Islam di Cirebon berhasil mengalahkan Raja Galuh dalam sebuah pertempuran besar. Kemenangan ini tidak hanya menandai kekalahan militer bagi Kerajaan Galuh, tetapi juga kemenangan besar bagi dakwah Islam.

Pertempuran ini menunjukkan strategi yang cemerlang dari Sunan Gunung Jati, yang berhasil mengumpulkan para tokoh yang memiliki kesaktian, kekuatan politik, serta kekuatan bersenjata. Beberapa tokoh yang terkenal dengan kedigdayaan mereka adalah Ki Dipati Keling, Nyimas Gandasari (alias Nyimas Panguragan), Pangeran Karangkendal, Pangeran Panjunan, Pangeran Sukalila, dan tentu saja mertuanya sendiri, Pangeran Cakrabuwana, yang merupakan Raja Cirebon dengan gelar Sri Mangana.

Kemenangan atas Kerajaan Galuh ini membuka jalan bagi penyebaran Islam yang lebih luas di Jawa Barat dan sekitarnya. Banyak pejabat tinggi serta keluarga kerajaan yang memeluk Islam, diikuti oleh rakyat di berbagai penjuru negeri. Dampak dari kemenangan ini sangat besar, karena memperkuat posisi Cirebon dan Banten sebagai pusat penyebaran Islam yang berpengaruh di Nusantara.

Warisan terbesar Sunan Gunung Jati bukan hanya pada penyebaran Islam, tetapi juga pada keturunan yang ia tinggalkan. Hasanudin, yang dikenal sebagai Sultan Maulana Hasanuddin, adalah contoh nyata dari bagaimana warisan ini diteruskan. Di bawah kepemimpinannya, Banten tidak hanya menjadi pusat perdagangan yang makmur, tetapi juga simbol kekuatan Islam di Nusantara.

Keberhasilan Sultan Maulana Hasanuddin dalam mengembangkan Banten menjadi kerajaan yang kuat adalah bukti dari pendidikan dan pengaruh yang diberikan oleh Sunan Gunung Jati. Kesultanan Banten kemudian dikenal sebagai salah satu kerajaan terbesar di Nusantara, dengan pengaruh yang meluas hingga ke Sumatera dan wilayah sekitarnya.

Kisah Sunan Gunung Jati dan Nyimas Kawunganten tidak hanya merupakan cerita cinta, tetapi juga simbol dari persatuan, kekuatan, dan keteguhan dalam memperjuangkan keyakinan. Melalui pernikahan mereka, lahir tokoh-tokoh besar yang membawa perubahan signifikan dalam sejarah Nusantara. Dari Cirebon ke Banten, warisan Sunan Gunung Jati terus hidup dan menjadi inspirasi bagi generasi-generasi berikutnya dalam menjalani kehidupan dengan keberanian, kebijaksanaan, dan keteguhan iman.


Topik

Hiburan, Seni dan Budaya Sunan Gunung Jati Sejarah Nusantara Nyimas Kawunganten



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Kediri Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Aunur Rofiq

Editor

Sri Kurnia Mahiruni

Hiburan, Seni dan Budaya

Artikel terkait di Hiburan, Seni dan Budaya