JATIMTIMES - Sekarang ingin merasakan layaknya berada di Jepang tidak perlu jauh-jauh harus terbang ke sana. Bagaimana tidak, ratusan pohon sakura bermekaran dengan cantik dan mempesona di kawasan RT 5 RW 11 Desa Sidomulyo, Kecamatan Batu.
Bunga sakura itu bermekaran tumbuh di depan halaman rumah warga. Warna bunganya beragam, ada yang merah, putih, kuning, dan sebagainya berada di Kampung Sakura. Semakin lengkap dengan adanya gapura tori layaknya di Jepang, juga aksesoris lampu dan sebagainya menambah suasana layaknya berada di Jepang. Sehingga tidak kalah dengan negeri matahari terbit tersebut.

Jadi sangat cocok bagi kalian yang suka berswafoto. Ditambah di sana juga menyediakan baju adat Jepang seperti Kimono menambah lengkap layaknya orang Jepang. Baju itu memang dihadirkan bagi pengunjung yang ingin memakai pakaian tersebut. Cukup mengeluarkan uang sebesar Rp 10 ribu per bajunya.
Baca Juga : Mas Dhito All Out Bangun Kampung Inggris Pare
Seperti halnya Ketua TP PKK Kota Batu Wibi Asri Santoso yang menyempatkan waktunya di tengah jadwal yang padat menjadi warga Jepang. Wibi berswafoto lengkap menggunakan pakaian Kimono di bawah tori Kampung Sakura.
Hanya saja, pohon sakura yang tumbuh di kampung bernama Dusun Rembug ini ternyata hanyalah replika pohon sakura yang memang sengaja dibuat oleh warga. Uniknya, bahan yang dipakai untuk membuat bunga sakura tersebut berasal dari sampah atau limbah plastik.

Kemudian batangnya adalah limbah dari pohon apel yang sudah tidak produktif atau sudah dibuang. “Semua bahan yang kami manfaatkan dari limbah,” ucap Konseptor Kampung Sakura Abdul Rokhim, Selasa (25/10/2022).
Selain pohon sakura, ada juga gapura berbentuk tori mirip sekali dengan yang ada di Jepang. Tori yang dibuat pun juga terbuat dari bahan limbah. “Ornament penunjang gapura, ornament bangunan, tempat lampu dan sebagainya kami dapat dari limbah kayu bangunan yang sudah tidak digunakan,” tambah Rokhim.
Hiasa-hiasan di Kampung Sakura itu merupakan hasil karya dan gotong royong dari warga RT 5 RW 11. Mereka menghadirkan Kampung Sakura ini dalam rangka Sidomulyo Floral Festival.
Proses pengerjaan pun menelan waktu selama 3 minggu, mulai dari siang hingga malam untuk mewujudkan Kampung Sakura. Untuk mempercepat proses pembuatannya pun mereka membagi tugas.
Baca Juga : 8 Ribu Pengguna Keluhkan WhatsApp Down
“Salah satu contoh seperti kelopak bunga sakura dibuat oleh seluruh ibu-ibu. Sedangkan batang sakuranya oleh bapak-bapak,” terang Rokhim yang juga seniman lukis ini.
Tema itu dipilih lantaran dirasa secara visual terlihat berbeda dengan lingkungan yang ada di Desa Sidomulyo yang sudah dipenuhi berbagai macam tanaman hias. “Artinya sebuah hiasan akan tampak mencolok (otomatis menjadi point' interes) manakala berbeda dengan sekitarnya,” ujar Rokhim.
Dengan hadirnya Kampung Sakura ini ternyata mampu memberikan dampak ekonomi bukan hanya dari segi pemasukan parkir, tetapi warga sekitar yang menjajakan makanan rinagan, minuman dan sebagainya di depan rumah mereka. Bahkan selepas acara tersebut, warga sekitar sepakat tidak membongkar ornamen-ornamen cantik tersebut. Malah akan dikembangkan menjadi kampung wisata.
“Walaupun dengan konsekuensi kita harus merawat bahkan menambah sport selfie atau fasilitas umum di dalamnya,” tutup Rokhim.