Ratusan Mahasiswa Unikama Menjahit Identitas Nusantara Lewat Parade Budaya
Reporter
Anggara Sudiongko
Editor
Dede Nana
17 - Dec - 2025, 05:51
JATIMTIMES - Lapangan Rektorat Universitas PGRI Kanjuruhan Malang (Unikama), Rabu (17/12/2025) berubah menjadi ruang temu yang tak biasa. Bukan ruang kelas, bukan pula mimbar pidato. Di tempat itu, ratusan mahasiswa berdiri membawa identitas, dalam bentuk kain, warna, dan simbol budaya dari berbagai penjuru Indonesia.
Parade Budaya Nusantara Unikama (Prabusaka) tidak tampil sebagai agenda seremonial belaka. Ia hadir sebagai pernyataan sikap: bahwa di tengah dunia kampus yang kian pragmatis dan global, mahasiswa masih punya keberanian untuk menoleh ke akar, lalu merayakannya bersama. Dari pakaian adat 17 daerah, tersusun potret Indonesia yang hidup, bukan sebagai konsep, tapi sebagai pengalaman.

Yang menarik, parade ini tidak dibingkai sebagai nostalgia romantik terhadap masa lalu. Justru sebaliknya, Prabusaka menjadi ruang ekspresi generasi muda dalam menafsirkan ulang budaya di era sekarang. Globalisasi tidak ditolak mentah-mentah, tetapi dihadapi dengan identitas yang sadar diri. Budaya tampil bukan sebagai ornamen, melainkan sebagai posisi.
Baca Juga : Imigrasi Gelar Operasi Wirawaspada: 220 WNA Diamankan Diduga Langgar Izin Tinggal
Di balik kemeriahan visual, tersimpan pesan yang lebih dalam. Mahasiswa Unikama menunjukkan bahwa keberagaman tidak selalu harus dibicarakan lewat diskusi formal atau jargon akademik. Kadang, ia cukup diperagakan, dengan berjalan berdampingan, saling melihat, dan saling menghargai perbedaan yang nyata.
Rektor Unikama, Dr. Sudi Dul Aji, M.Si., melihat kegiatan ini sebagai refleksi karakter mahasiswa yang tumbuh di tengah keberagaman. Ia menilai, kampus memiliki peran strategis dalam menjaga kesinambungan nilai kebangsaan, bukan hanya lewat kurikulum, tetapi juga melalui ruang-ruang ekspresi seperti ini.
"Melalui kegiatan ini, Unikama ingin menegaskan bahwa kampus adalah garda terdepan dalam merawat warisan luhur bangsa sambil membentuk karakter mahasiswa yang mencintai Indonesia,” ujarnya.

Respons positif juga datang dari pemerintah daerah. Perwakilan Dinas Pendidikan Kabupaten Malang menilai Prabusaka sebagai contoh bagaimana pendidikan dan kebudayaan bisa berjalan beriringan tanpa harus saling menegasikan. Sementara itu, Pemerintah Kota Malang memandang inisiatif mahasiswa ini sejalan dengan upaya menjadikan budaya sebagai bagian dari identitas kota, bukan sekadar agenda wisata.
Dari sisi mahasiswa, Prabusaka lahir dari kerja kolektif lintas daerah dan latar belakang. Presiden Mahasiswa Unikama, Am Adib’abidatama, menyebut sedikitnya 15 Organisasi Daerah (Orda) terlibat aktif dalam penyelenggaraan acara. Total sekitar 300 mahasiswa ambil bagian dalam seluruh rangkaian kegiatan, angka yang mencerminkan antusiasme sekaligus kesadaran bersama.
“Ini bukan sekadar tampil pakai baju adat. Ini proses belajar menghargai perbedaan, bekerja bersama, dan memahami bahwa identitas kita dibangun dari banyak cerita,” ungkapnya.
Baca Juga : Tak Semua Sambut 1 Januari, Ini 4 Negara yang Tak Merayakan Tahun Baru Masehi
Bagi sebagian mahasiswa, Prabusaka menjadi momen untuk kembali mengenal asal-usulnya. Bagi yang lain, ia menjadi ruang belajar lintas budaya, melihat Indonesia dari jarak yang dekat, bukan dari buku teks. Interaksi semacam inilah yang kerap hilang dalam rutinitas akademik yang padat dan target-oriented.
Ke depan, Prabusaka diharapkan tidak berhenti sebagai agenda tahunan yang diulang secara mekanis. Lebih dari itu, kegiatan ini membuka peluang bagi kampus untuk terus menghadirkan ruang-ruang dialog budaya yang relevan dengan zaman. Sebab merawat budaya hari ini bukan soal melestarikan bentuk, melainkan menjaga makna dan keberlanjutannya.
