Tingkeban, Tradisi Orang Jawa Menebak Kelamin Bayi tanpa USG dengan Belah Kelapa
Reporter
Binti Nikmatur
Editor
A Yahya
19 - Jun - 2024, 06:34
JATIMTIMES - Masyarakat Jawa masih melestarikan tradisi unik untuk menebak jenis kelamin bayi dalam kandungan, yang dikenal sebagai tingkeban atau tujuh bulanan. Tradisi ini dilakukan pada bulan ketujuh kehamilan sang calon ibu dan biasanya hanya dilakukan sekali untuk anak pertama. Kehamilan anak kedua, ketiga, dan seterusnya tidak memerlukan upacara ini.
Melansir laman dero.desa.id, tingkeban atau mitoni adalah sebuah upacara yang penuh makna dan kearifan lokal. Acara dimulai dengan pembacaan ayat suci Al-Quran, termasuk surat Mariam, surat Yusuf, surat Ar-Rahman, serta pembacaan sholawat yang dipimpin oleh seorang kia.
Baca Juga : Riset: Kosakata Anak 5 Tahun yang Dibacakan Buku 1,4 Juta
Setelah itu, dilanjutkan dengan selamatan tingkeban yang dipimpin oleh sesepuh dusun. Upacara ini bertujuan untuk mendoakan agar bayi yang akan lahir nantinya sehat, lahir dengan normal, dan terhindar dari segala bahaya dan kekurangan.
Bagian paling menarik dari tradisi ini adalah cara menebak jenis kelamin bayi tanpa USG. Di mana sang suami memecah kelapa muda, yang telah ditulisi dengan tulisan Arab atau diukir gambar Kamajaya dan Dewi Ratih (atau Arjuna dan Dewi Sinta di beberapa daerah), menggunakan kapak atau pisau besar.
Jika kelapa muda tersebut terbelah sempurna, diyakini bahwa bayi yang dikandung adalah laki-laki. Sebaliknya, jika tidak terbelah sempurna, maka bayi diperkirakan berjenis kelamin perempuan.
Kelapa muda dalam tradisi ini melambangkan kesucian dan kesuburan. Sementara itu, gambar Kamajaya dan Dewi Ratih (atau Arjuna dan Dewi Sinta) melambangkan harapan agar bayi yang lahir kelak memiliki paras yang tampan atau cantik serta budi pekerti yang luhur.
Baca Juga : 166 Titik Penyembelihan Hewan Kurban Dipantau Ketat di Kota Blitar pada Iduladha 2024
Walaupun metode ini tidak terbukti secara ilmiah, tradisi tingkeban tetap dilestarikan sebagai bentuk budaya dan doa masyarakat Jawa dalam menyambut kelahiran sang buah hati. Tradisi ini mencerminkan kearifan lokal dan nilai-nilai spiritual yang mendalam, mengajarkan pentingnya doa dan harapan baik dalam menyambut anggota keluarga baru.
Upacara tingkeban adalah salah satu dari banyak tradisi yang menunjukkan betapa kaya dan beragamnya budaya Indonesia, serta bagaimana masyarakatnya menghargai proses kehidupan dengan cara-cara yang sarat makna dan simbolis.